Sidang (eks) Gafatar

Ini adalah persidangan terhadap 3 pemimpin Millah Abraham, atau sering disebut sebagai GAFATAR. Sidang dilakukan di PN Jakarta Timur, yang terletak di ujung timur Jakarta, berbatas dengan Bekasi.

Sidang ini ada bagian dari persidangan-persidangan represi terhadap kelompok-kelompok agama minoritas di Indonesia, sebuah praktek yang berdasarkan pasal “Penodaan Agama”, dicetuskan oleh Soekarno tahun 65, digunakan beberapa kali oleh Soeharto dan mendapatkan momentum paska Reformasi 1998.

Meliput 4 November

Demonstrasi 4 November 2016 adalah sebuah fenomena, inilah saat demonstrasi paska 1998 yang mampu mengimbangi demo buruh jadebotabek. Untuk itu menarik melihat bagaimana media memberitakan “411” dan beberapa opini penting terkait. Tulisan terbaik saya rasa pada Tirto.ID yang membuat reportase mendalam tanpa terburu-buru. Dalam industri media saat ini di Indonesia (baca: Jakarta) terlambat adalah sebuah privillage. Salah satu tulisan Tirto berusaha menelusuri siapa kah kelompok yang memulai kekerasan, dan dalam penelusurannya kelompok ini sudah mulai bersikap agitasi sejak sore hari, bukan hanya di malam hari. [Read More]

Why I Fight?

Menceritakan mengapa saya terlibat di SobatKBB berarti mengulang sejarah Indonesia. Tahun 1945, orang tua kita, tepatnya beberapa kelompok republiken Jakarta yang ditantang oleh pemuda-pemuda radikal mendeklarasikan Indonesia secara sepihak untuk merdeka. Ini kemerdekaan yang prematur, konstitusi yang dipakai adalah sebuah draft yang belum selesai dan banyak diabaikan dalam praktik. Bukan berarti perdebatan dasar negara dan konstitusi tidak berkembang sebelumnya. Politik Etis Kerajaan Belanda (yang gagal) diikuti politik demokrasi representatif melahirkan diskusi soal apa itu Negara Hindia Belanda, kemudian makin dimatangkan oleh pemerintahan kolonial Jepang yang tidak ingin Indonesia kembali ke Belanda setelah mereka (pasti) kalah perang. [Read More]

Kebenaran yang Mutlak?

Ini gara-gara Gus Mus, kyai unik yang melek social media. Salah satu postingan dia, disebar oleh kawan saya di grup WhatsApp membahas soal kebenaran. Begini bunyinya: “Kebenaran kita berkemungkinan salah, kesalahan orang lain berkemungkinan benar. Hanya kebenaran Tuhan yang benar-benar benar”. Sebuah pernyataan sederhana namun mendalam dan penting. Respon orang-orang terhadap pernyataan ini ternyata tidak sesederhana yang saya bayangkan. Apakah kebenaran, dan bagaimana mengukur kebenaran? Kritik terhadap pernyataan itu dilontarkan oleh teman-teman yang “gila” Quran dan Hadist, dengan mendalih bahwa sebagai muslim kebenaran harus didasarkan pada Quran dan Hadist. [Read More]

Paradox Keadilan

Dalam tafsir tradisional islam, pernikahan antar agama diperbolehkan dengan kondisi khusus. Yaitu kaum pria muslim diperbolehkan menikah dengan perempuan ahli kitab. Saya tidak akan memperpanjang siapakah yang disebut ahli kitab, saya lebih tertarik mengambil fokus lain. Katakan saya berada dalam posisi penguasa yang mempunyai wewenang untuk mempengaruhi atau menjalankan peraturan, seperti Undang-Undang. Dan saya, katakan lagi, seorang muslim yang shaleh dan adil. Mari masuk ke dalam masalah. Sebagai penguasa yang shaleh dan adil saya akan ijinkan dan menfasilitasi pria muslim yang menikah dengan perempuan non muslim (ahli kitab), dengan menfasilitasi pencatatan dan hak-hak perkawinan mereka. [Read More]

Its Science!

Meski saya mengamati dan menyenangi dunia sains jarang saya menulis secara khusus mengenai ini. Pertama karena keterbatasan pengetahuan saya untuk menjelaskan konsep sains yang njlimet dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Kedua karena kebanyakan capaian ilmu murni punya dampak berantai yang perlu ratusan tangan sampai kita nikmati. Nah kalau saya menulis sekarang pasti ada hal yang menarik. Baru-baru ini laboratoriom LIGO, bukan LEGO ya baru saja menemukan bahwa terowongan dan alat-alat yang mahal dan berjalan bertahun-tahun akhirnya berguna juga mencapai target: menemukan gelombang gravitasi! [Read More]

Rekoleksi Memori

Peristiwa 65 memang sudah lama berlalu, sebagian besar aktor baik yang dianggap pelaku mungkin tidak lagi relevan dalam kancah politik nusantara. Maka menghadirkan kembali memori lama itu mengadung pertanyaan: untuk apa? Bukanlah masa lalu tak bisa dirubah dan mengais-ngais luka lama hanya membuka koreng menganga kembali. Toh tafsir siapa yang mau dipakai? Militer, NU, Manikebu, Lekra, Pemuda Pancasila? Kalau bukan mau bilang tafsir orde baru yang tentu sudah malu-malu untuk dipakai sebagai sudut pandang. [Read More]

USA: MRT in DC

Saya menyukai kereta, sebagai transportasi publik kereta menakjubkan. Kemampuannya memindahkan banyak orang dalam waktu bersamaan, dan kebebasan kita untuk berjalan-jalan di atas kereta, sangat berbeda dengan bus dan pesawat yang terkurung di tempat duduk. Nah kalau jumlah jalur MRT banyak, kita bisa berganti tujuan ditengah jalan. “Mom, I am lost on MRT!” Maka itu ketika saya berkunjung ke US yang saya cari pertama kali ada tiga: MRT, kartu telepon dan Peta. [Read More]

Singkil dan Media Kita

Kekerasan pecah di Singkil, satu orang tewas dalam serangan terhadap gereja-gereja oleh kelompok Islam. Ini tak lama setelah kekerasan antar warga kristen dan islam terjadi di Tolikara, Papua. Saya selalu teratarik melihat bagaimana media-media nasional meliput isu agama. Bagaimanakah kejadian ini diberitakan? Kompas Harian dengan sirkulasi nomer wahid ini hanya menurunkan satu berita di situs Kompas.com “Pembakaran Rumah Ibadah yang Diduga Tak Berizin Picu Bentrok Warga di Aceh Singkil” pada pukul 17:22. [Read More]

Gua Kristal Kupang

Kupang, sebuah kota yang misterius. Berbeda dengan kota-kota di Indonesia yang saya kunjungi ia panas dan kering, kontras dengan semarak hijau daerah lain. Ia bagai sebuah alam yang berbeda. Dari Kupang saya belajar keindahan yang berbeda. Biru, hijau dan putih mewarnai Kupang dengan terik membuat segalnya menjadi kontras. Pohon dan batu, air dan batu kapur. Seakan dua alam yang berbeda antara surga dan neraka bertemu disini. Teman saya menyebut Kupang sebagai kota yang eksotis, landscape yang jarang ditemui di daerah lain Indonesia. [Read More]