Ini bahasan yang relevan dengan apa yang terjadi hari ini, saya terlambat mengisi deadline penulisan, alih-alih ditulis pada hari Rabu, saya baru memenuhinya pada Kamis Subuh. Saya akan cerita bagaimana dan mengapa saya (sering) menunda.

Misalnya berangkat kerja. Kantor saya 3house Agency punya jadwal masuk pukul 9.00 dan karyawan dinyatakan terlambat jika masuk diatas 9.30. Alih-alih masuk pukul 9.00 saya selalu masuk beberapa menit sebelum 9.30. Keberhasilan adalah jika saya nyaris terlambat namun tidak terlambat. Masuk jauh sebelum itu adalah, aneh. Itu terlihat dari jadwal saya terlambat yang hanya berkisar 2-4 menit.

Menunda dalam konteks ini berhubungan dengan kemalasan dan optimalisasi. Jika dirunut ia juga berhubungan dengan inovasi. Saya merubah jam dirumah 20 menit lebih cepat, berhasil untuk beberapa waktu. Setelah saya terlambat lagi, bantuan dari Google Maps membuat saya menemukan jalan yang lebih singkat dan bebas macet ke kantor. Itu berhasil beberapa waktu dan kadang gagal lagi.

Anehnya ketika terlambat, alih-laih membuat jadwal yang lebih maju saya akan “menyalahkan” proses yang tidak optimal. Misal durasi mandi dan ganti pakaian, rute dan macet. Saya rasa ia dekat dengan mekanisme judi.

Saya belum menemukan cara untuk merubah kebiasaan menunda ini dengan efektif, ia nampak bagian dari DNA. Berhasil disini jebol disana, selalu. Seharusnya ada moto: Just Dot It, Now!